Minggu, 08 November 2009

PENYEBAB UTAMA DEFORESTASI


Banyak penyebab deforestasi secara fisik berhasil ditemukan dan dijadikan fokus bagi banyak penelitian yang bertujuan meminimasi kerusakan ekologis. Tetapi tidak semua penyebab degradasi dan hilangnya hutan dinyatakan secara langsung dan jelas; proses sosial serta kebijakan ekonomi juga mempunyai peranan penting. Upaya menyelesaikan berbagai faktor penyebab dan kaitan hubungan berbagai proses tersebut serta bagaimana pengaruhnya terhadap kondisi hutan dan penduduknya merupakan tantangan bagi para peneliti.

Kajian yang dilakukan CIFOR memberikan gambaran penting terhadap dampak pengaruh ekstra-sektoral seperti kebijakan ekonomi (khususnya program penyesuaian struktural) dan kemajuan teknologi di bidang pertanian dan sistem desentralisasi. Kebanyakan dari kegiatan ini terpusat di sekitar studi perbandingan perubahan makro ekonomi yang terjadi di Bolivia, Kamerun dan Indonesia. Penelitian serupa lainnya juga dilakukan di Afrika bagian Timur dan Selatan dan di Amerika Tengah.

Penulis juga mengulas metodologi serta hasil lebih dari 140 penelitian ekonomi deforestasi hutan. Mereka menyatakan bahwa banyak hasil temuan yang sebaiknya dipandang secara skeptis disebabkan buruknya kualitas data serta lemahnya rancangan studi. Akhir-akhir ini model ekonomi kuantitatif deforestasi menjadi sangat populer. Meskipun beberapa kajian di bidang ini menawarkan suatu gagasan pemikiran yang bermanfaat, dilain pihak penulis bahkan kurang sependapat karena pada umumnya pendekatan yang digunakan seperti model regresi nasional dan multi-negara manfaatnya terbatas. Mereka merekomendasikan suatu perubahan kearah kajian pada tingkat daerah dan penduduk/keluarga, yang mampu untuk lebih jauh menerangkan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan yang diambil oleh pihak yang terkait langsung dalam pembukaan dan pemanfaatan hutan.

Kegiatan lainnya yang berupaya untuk merombak atau melawan arus melalui proram penelitian ini adalah menangkal pandangan umum tentang intensifikasi pertanian serta dampaknya terhadap hutan. Paradigma konvensional yang ada saat ini adalah meningkatnya produktifitas pertanian yang disebabkan oleh kemajuan teknologi akan mengurangi tekanan terhadap sumberdaya hutan sehingga mendukung upaya-upaya konservasinya. Tetapi peneliti CIFOR dalam hal ini banyak menemukan berbagai contoh dimana temuan baru di sektor pertanian bahkan menciptakan kesempatan baru bagi petani untuk membuka lahan lebih cepat dibandingkan dengan apa yang dilakukan sebelumnya. Hasil penelitian ini memberikan kesan bahwa penerapan teknologi padat modal (capital-intensive) yang cocok dengan kondisi kawasan lahan pertanian serta kegiatan produksi untuk keperluan ekspor cenderung akan meningkatkan konversi lahan hutan.

Karena program penyesuaian struktural mempunyai dampak yang besar terhadap hutan dan penduduk didalamnya maka CIFOR berusaha untuk menyelidiki pengaruh dari program-program tersebut serta membuat analisa kelayakan dari strategi alternatif yang ditawarkan. Hanya beberapa tahun yang lalu, penduduk miskin dan praktek perladangan/pertanian berpindah dipandang sebagai penyebab utama yang mendorong proses deforestasi. Tetapi bukti-bukti yang ada saat ini menyatakan bahwa faktor-faktor komersial dan perubahan makro ekonomi dapat memberikan pengaruh yang lebih besar.

Studi perbandingan yang dilakukan di Indonesia, Kamerun dan Bolivia menunjukkan bagaimana krisis ekonomi nasional serta kebijakan makroekonomi pemerintahan dapat mempengaruhi pola matapencaharian penduduk dan pemanfaatan hutan setempat. Dengan jalan mengkombinasikan metoda ilmu sosial dan data penginderaan jarak jauh di berbagai kasus, para peneliti mendapatkan jawaban atas beberapa pertanyaan utama seperti, apa yang mempengaruhi keputusan untuk bertani pada tingkat keluarga dan bagaimana hubungannya dengan pembukaan hutan.

Pada tahun 1998, Dr. David Kaimowitz dan Arilds Angelsen menerbitkan Economic Models of Tropical Deforstation: A Review, yang banyak menarik perhatian diantara para peneliti dan para pengambil kebijakan karena kesimpulannya yang dianggap provokatif. Disarikan dalam sebuah jurnal utama World Bank, tulisan ini meragukan banyak hipotesa konvensional tentang penyebab deforestasi.

Pada tahun 1998, para peneliti melakukan analisa terhadap hasil survey yang dilakukan di Kamerun untuk menentukan sejauh mana perubahan harga pasar dan devaluasi mata uang yang terjadi secara besar-besaran setelah adanya krisis ekonomi pada tahun 1980-an dapat mempengaruhi jenis-jenis tanaman yang ditanam oleh penduduk serta jumlah lahan yang dimanfaatkan. Salah satu temuan penting menyatakan bahwa pada saat harga pasar dunia jatuh, petani berskala kecil beralih kegiatan dari produksi ekspor misalnya coklat ke pertanian menetap, dan hal ini dilakukan dengan jalan membuka lebih banyak lahan hutan daripada memanfaatkan lahan yang sebelumnya sudah dibuka untuk pertanian. (Mereka tetap membiarkan lahan garapan tanaman ekspornya dengan harapan suatu saat harganya akan kembali tinggi). Proyek yang dikerjakan bekerjasama dengan Department of Overseas Development, United Kingdom ini juga menyelidiki berbagai aspek pengaruh kebijakan makro-ekonomi serta pengaruh berlakunya peraturan kehutanan yang baru di Kamerun.

Kecenderungan pola desentralisasi yang berlaku di beberapa negara tropis merupakan faktor ekstra-sektoral lainnya yang mempengaruhi bagaimana dan oleh siapa sumber-sumberdaya hutan dikelola. CIFOR beserta mitranya termasuk Center for Research on Labor and Agrarian Development (CEDLA) dan Bolivian Sustainable Forest Management Project (BOLFOR) melangsungkan kegiatan penelitian dalam rangka menentukan apakah desentralisasi pada akhirnya akan menguntungkan hutan dengan jalan merubah kembali sejarah sistem pengawasan yang dilakukan oleh penguasa yang cenderung meningkatkan pembukaan hutan dan degradasi lahan di dataran rendah Bolivia.

Temuan tahap awal menunjukkan bahwa sistim desentralisasi di Bolivia membawa manfaat bagi banyak penduduk miskin pedesaan di kawasan yang masih berhutan, termasuk meningkatnya akses terhadap sumberdaya hutan, terbatasnya perambahan hutan oleh perusahaan kayu besar dan peternak, serta banyaknya suara yang dapat ditampung dalam pembuatan keputusan. Meskipun demikian, ada beberapa hambatan utama yang dapat mengurangi nilai pemanfaatan serta pengelolaannya secara lestari, termasuk lemahnya kemampuan teknis lokal, terbatasnya dukungan nasional serta masalah-masalah ke-organisasian yang muncul diantara penebang kayu skala-kecil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar