Minggu, 08 November 2009

WANARISET BULUNGAN: Lokasi penelitian dan pengembangan model hutan


Dengan diangkatnya Dr. Kuswata Kartawinata sebagai Direktur proyek ini pada bulan Maret 1998, kegiatan CIFOR di Wanariset Bulungan semakin meningkat. Kawasan hutan primer seluas 321,000 hektar yang berada di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Timur (Borneo) ini, ditetapkan oleh Menteri Kehutanan Indonesia pada tahun 1995 sebagai lokasi untuk melakukan uji coba praktek pengelolaan hutan lestari. The International Tropical Timber (ITTO) dan France CIRAD-Forest merupakan mitra utama dalam kegiatan ini.

Setengah tahun kemudian, sebanyak 30 orang ilmuwan melakukan kegiatan penelitian secara bersarnaan di lokasi ini, dan proyek ini juga memperoleh hibah dari Yayasan MacArthur untuk mendukung kegiatan para lulusan sarjana Indonesia yang bekerja di Bulungan. Saat ini sedang direncanakan untuk mendirikan bangunan semi permanen sebagai stasiun lapangan CIFOR.

Kawasan ini hampir seluruhnya ditutupi oleh hutan primer dan dikenal sangat kaya keanekaragamannya. Sebagian hutan berada dalam kawasan yang dilindungi, tetapi sebuah badan pengusahaan hutan milik pemerintah, INHUTANI II, melaksanakan kegiatan pembalakan menggunakan sistim Tebang pilih sejak tahun 1997. Kawasan hutan ini juga mengalami tekanan dari berbagai perusahaan komersial, termasuk tambang batubara, dan perkebunan kelapa sawit. Penduduk asli setempat yang kebanyakan adalah petani padi suku Punan dan Kenyah, mempraktekkan pola agroforestry secara ekstentif dan memanen berbagai macam hasil hutan non-kayu.

Penelitian multi-disiplin yang dilakukan oleh CIFOR dan lembaga mitranya melakukan penyelidikan tentang dampak dari berbagai kegiatan tersebut terhadap ekologi hutan dan kesejahteraan masyarakat setempat.

Pada tahun 1998, CIFOR menerbitkan "Pembalakan Berdampak Minimal untuk Hutan Dataran Rendah dan Dipterocarpaceaae di Indonesia (Reduce Impact Logging for Lowland and Dipterocarps Forest in Indonesia)," yang akan dijadikan pedoman dalarn melakukan percobaan REL di Bulungan. Pedoman tersebut belum selesai, tetapi serangkaian hipotesa kegiatannya akan di uji cobakan dan diperbaiki bilamana perlu tergantung dari hasil kajian. Hipotesa yang diajukan peneliti CIFOR menyatakan bahwa penerapan teknik ini mampu mengurangi kerusakan terhadap tanah dan vegetasi sebanyak 50 persen dibanding praktek pembalakan konvensional, disamping itu, mengurangi biaya pembalakan sedikitnya 15 persen.

Worshop pelatihan tentang teknik inventarisasi hutan dan penilaian topografi diselenggarakan untuk para manajer INHUTANI II, sementara para pekeja lapangan belajar mengenai metoda arah tebang yang digunakan dalam. REL serta konstruksi "skid trail". Inventarisasi dilakukan di kawasan dimana akan dilakukan percobaan awal, pembuatan peta topografi dan pengembangan rencana pembalakan.

Kegiatan penelitian di Bulungan akan meliputi serangkaian kajian tentang keanekaragaman hayati, Kegiatan pada tahun 1998 ini termasuk pembuatan GIS sebagai dasar untuk mengembangkan database secara menyeluruh dan "digital elevation model" seluruh kawasan wanariset Bulungan dalam, rangka menyediakan fasilitas bagi kegiatan penelitian yang sedang berjalan. The Wildlife Conservation Society (WCS) telah melakukan kajian keanekaragaman kawasan sebelum pembalakan dilakukan. Informasi ini digunakan untuk menyusun Bulungan Ethnobotany Handbook, sebuah buku pedoman tentang tumbuhan dan satwa penting di kawasan ini. Sementara itu, ahli biologi dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mulai melakukan kegiatan inventarisasi dan identifikasi tumbuhan di Bulungan dalam rangka menyiapkan pembangunan herbarium.

Penelitian ilmu sosial CIFOR di Bulungan dibangun dari sejumlah besar data anthtropologi dari kawasan Kalimantan Timur yang dikoleksi selama beberapa dasawarsa oleh lembaga international dan regional termasuk WWF-Indonesia; Universitas Mulawarman di Samarinda, Indonesia; dan Badan Penelitian dan Pengembangan Hutan (FORDA). Kebanyakan kegiatan dilaksanakan di kawasan sekitar Long Loreh, perkampungan suku Dayak yang berada dekat lokasi percobaan RIL. Survey dilakukan pada tahun 1998 sebagai bagian dari upaya kegiatan multi-cabang CIFOR untuk mengembangkan metoda ilmu sosial agar efektif dalam menilai kesejahteraan masyarakat, tambahan nyata bagi informasi dasar tentang penclucluk Long Loreh dan hubungannya dengan hutan. Pada bulan Oktober, CIFOR sebagian membiayai sebuah workshop yang mencoba untuk mencari kemungkinan jalan keluar untuk meresmikan hak masyarakat lokal terhadap lahan hutan yang mereka huni.

Bidang penelitian lain yang masuk dalam fokus penelitian adalah pola pemanfaatan lahan berpindah clan peran hasil hutan non-kayu (NTFPs) dalam memenuhi kebutuhan masyarakat lokal. Sejarah tentang sosial ekonomi kawasan Bulungan yang saat ini seclang ditulis, sebagian berclasarkan data arsip yang berada di Netherland, cliharapkan dapat membantu dalam menentulcan arah penelitian di bidang ini dan lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar